Faris, anak saya yang kedua ini sejak usia 13 bulan, mendapat serangan pertama "Febrile Convulsion" (FC) atau dalam istilah awamnya disebut step (stuip) atau "KD" @ Kejang Demam (bukan Kris Dayanti, lho...). Sejak saat itulah, tubuh dia sangat rentan terhadap demam tinggi (> 38 drjt Celcius), dan itu yang menjadi perhatian kami berdua.
Menurut dr. H.R. Rochmanadji W, DSAK, MARS dokter anak yang merawatnya, ketahanan tubuhnya akan stabil bila sudah melewati usia 6 tahun. Memang semenjak dia mendapat serangan terburuknya (sampai harus masuk RS, saat usia 3,5 tahun), Faris mendapatkan pengobatan dan pengawasan rutin dari dr. Rochmanadji, hingga nanti dia berusia 7 tahun.
Nah, sejak saat itulah dia kami awasi secara ketat terutama bila sedang sakit flu, batuk, atau radang tenggorok. Penyakit-penyakit tersebut, sering menjadi pemicu datangnya serangan demam. Sehingga kami berdua selalu usahakan untuk menangani penyakit utamanya terlebih dulu secepat mungkin, agar dia tak sempat diserang demam tinggi. Kalau sampai terserang demam, maka dapat dipastikan kami berdua harus bergantian jaga dia, bahkan tidurpun harus bergiliran. Demam inilah yang bikin kami, terutama 'ibunya anak-anak' ini stress dan trauma.
Alhamdulillah, sudah dua tahun ini dia stabil (???!), hingga peristiwa ini terulang kembali......
***
Hari itu Kamis 11/11/04 (lima hari sebelum lebaran) selepas sholat dhuhur, saya dan anak-anak berehat di ruang tengah rumah kami sambil menikmati acara TV. Faris (5,5 th), sudah dua hari ini tak pergi main ke luar rumah karena sakit flu dan demam. Untunglah semalam demamnya tak tinggi sangat, dan siang ini (sejak pagi tadi) suhu badannya relatif stabil normal.
Sambil tiduran menikmati film Tom & Jerry nya TPI, Faris tiduran di samping saya bersama Naufi dan Fani. Sementara ibunya sedang memasak menyiapkan makanan untuk berbuka puasa nanti. Kami bertiga menikmati film sambil guyonan, dan sesekali saya letakkan telapak tangan di atas dahi Faris, ahh... masih demam... tapi tak terlalu tinggi sangat (check thermometer terakhir masih di bawah 27,5 drjt C). Kamipun masih berkomunikasi, bahkan dia juga kadangkala mengomentari tingkah Tom & Jerry sambil ketawa-ketiwi.....
Hingga sejurus kemudian......, saat saya tanya dia... tak berjawab sepatah katapun. Pikir saya, dia sudah tidur. Iseng, saya tengok dia... kaget saya, karena dia seperti sedang tak sadarkan diri. Kedua mata terbuka (seperti orang sedang melamun), mulut agak terkunci, kedua tangan tegang mengepal... saya panggil-panggil namanya, tak bereaksi sama sekali. Walah.... pasti KD datang ini.... serangannya mendadak sangat. Saya teriaki ibunya, dan dia datang tergopoh-gopoh sambil menenteng segayung air penuh (untuk "kompres", red). Naufi lari keluar rumah, cari bantuan tetangga, Fani diam memerhatikan kami. Kami pegang badan Faris, wah... panas sekali, padahal 5 menit lalu..??.. Saya sempat bengong tak habis pikir.... Tak sempat check dengan thermometer, kami lucuti seluruh pakaian dia, kami "kompres" bahkan seolah-olah kami mandikan dia. Kami keluarkan persediaan obat turun panas+penenang dosis tinggi (10 ml) dari lemari es,.... walah.... ternyata tinggal 5 ml. Ahh.., tak apa untuk tindakan "first aid", saya "rudalkan" obat tersebut ke dubur Faris. Setelah itu kami kemudian sepakat, BAWA KE RUMAH SAKIT....
Saya lari keluar rumah.., ooo.. alaaah.. mobilpun sudah tak punya, karena sudah dijual tiga bulan lalu sebelum berangkat ke Johor, Malaysia. Tetangga belum banyak yang pulang kantor...
Akhirnya alhamdulillah dapat juga pinjaman mobil meskipun hanya mobil "Pick Up" brondol. Kami serahkan Naufi dan Fani dalam jagaan tetangga, kami angkat Faris yang masih tak sadar ke dalam mobil.... (yang penting dia sudah tak kejang lagi dan sudah bernafas normal), terus melaju ke RS. Panti Wilasa Citarum.
Sampai di UGD segera ditangani, selang oksigen dipasang. Saking gugupnya kami tak sempat ucapkan terima kasih pada tetangga yang mengantar... (maaf pak ya....), bahkan sayapun terlupa tak pakai sandal atau sepatu @ "nyeker".... walah... Kamipun terlupa bilang sama tenaga medis bahwa si pasien sudah diberi obat penenang 5 ml. Karena itu oleh tenaga medis langsung di "rudal" dengan obat 10 ml lagi (seharusnya hanya 5 ml)...., Faris pun agak "teler" kelebihan penenang tapi tak apa, kata dr jaga.
Setelah dirawat inap selama 2 hari 2 malam, akhirnya pada hari Sabtu siang Faris diijinkan pulang oleh dr. Rochmanadji dan dapat berhari raya di rumah.... Semoga ini adalah serangan "mbak" KD yang terakhir.....
Nang.., kami memang sudah sepantasnya merawatmu dengan baik, dan itu tanggungjawab kami berdua.
Yang perlu Faris ingat, pengorbanan saudara-saudaramu selama Faris sakit. Dua kali Faris diopname, dik Fani setia menemanimu di RS. Bahkan saat Faris pertama kali diopname dua tahun lalu, dik Fani yang masih dalam kandungan ikut menjagamu selama 3 hari 3 malam. Mbak Naufi-pun tak kalah besar pengorbanannya... Maka dari itu, kalian bertiga rukun-rukunlah selamanya dan saling menjaga satu dan lainnya....
oooOOOooo
|